Restitusi sebagai Bagian Budaya Positif Sekolah

174

 

sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan tentunya menjadi impian dan dambaan setiap warga sekolah yang ada di dalamnya. Sekolah akan menjadi tempat ternyaman bagi murid untuk menumbuhkembangkan minat, bakat, dan potensi mereka. Guru pun akan merasakan kegairahan yang sama ketika harus menjalankan tugas untuk "menuntun" kodrat anak-anak didiknya yang unik, berbeda satu dengan lainnya.

Tantangan terbesar yang dirasakan para pemangku kepentingan di sekolah, termasuk di dalamnya kepala sekolah, guru, dan para tenaga kependidikan, serta orang tua sekarang ini adalah bagaimana menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenangkan itu dalam keseharian murid yang ada di sekolah. Orang tua seyogianya ikut terlibat dalam upaya ini karena mereka merupakan bagian dalam keberadaan sekolah di mana anak-anak mereka berada dari pagi hingga siang atau sore hari. Para orang tua perlu ikut mengambil bagian dalam tanggung jawab menciptakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang putra-putri mereka. Beban dan tanggung jawab pendidikan bukanlah mutlak milik pada guru saja.

Budaya positif menjadi kunci utama dalam upaya untuk menciptakan lingkungan yang didambakan itu. Budaya positif akan lahir dari pembiasaan-pembiasaan baik yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan. Murid-murid merasakan ketenangan dan kenyamanan untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensinya, bebas dari tekanan-tekanan dari lingkungan sekitarnya.

Menumbuhkan budaya positif tentunya bukan hanya akan menjadi tanggung jawab guru saja. Seluruh warga sekolah harus mampu menjalin komitmen dan kolaborasi untuk mewujudkannya. Dan hal ini tentunya tak akan tercipta secara instan, dalam waktu yang singkat. Tak ada pembiasaan baik yang muncul begitu saja. Ada proses yang harus dilalui agar suatu sikap, tindakan ataupun perilaku tumbuh dalam koridor nilai kebaikan. Karena itu, komitmen yang konsisten mutlak diperlukan untuk perwujudannya secara berkesinambungan.

Terkait upaya penumbuhan budaya positif di sekolah, kunci utamanya terletak pada kontrol diri setiap individu yang ada di dalamnya. Apa pun perilaku dan sikap yang dimunculkan oleh setiap murid terjadi karena murid tersebut mengizinkan dirinya untuk melakukan hal tersebut. Tak ada pihak yang mampu memaksa murid untuk melakukan sesuatu jika memang murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Peran guru menjadi sangat penting di sini untuk menuntun dan membimbing agar setiap murid mampu mengontrol dirinya dalam koridor perilaku yang positif dalam kesehariannya. Tak mudah, tetapi itulah tanggung jawab kita sebagai guru dalam menjalankan tugas keprofesian untuk bangsa.

bangka.tribunnews.com/2023/03/05/restitusi
-sebagai-bagian-budaya-positif-sekolah.

Category: Budaya, Recent Post
author